Selasa, 12 Maret 2013

Sejarah Nasyid

0 komentar

Sejarah Nasyid

Nasyid merupakan salah satu seni Islami dam bidang tarik suara dan nyanyiannya disebut lagu nasyid. Lagu nasyid umumnya dinyanyikan dengan nuansa Islam dan lirik-liriknya mengandung nasihat, memuji Allah, kisah para nabi, dan lain-lain yang berkaitan dengan syiar Islam. 

Nasyid ini biasanya dinyanyikan dengan bentuk acappela dan hanya diiringi oleh alat musik gendang. Iringan lagu nasyid dengan gendang dilatarbelakangi oleh dilarangnya menggunaan alat musik selain alat musik perkusi oleh sebagian ulama Islam.

Kata Nasyid (Arab: أناشيد) merupakan senandung. Setelah itu, kata nasyid maknanya mengalami penyempitan yang awalnya bermakna senandung secara umum berubah menjadi senandung bernuansa Islami. Seni musik Islam ini dayakini telah ada dan berkembang sejak zaman Rasulullah.

Syair yang hingga kini cukup terkenal dan sering disenandungkan oleh majelis ta’lim serata tim qosidahan, yaitu thola’a badru ‘alaina (artinya sudah muncul rembulan di tengah-tengah kami), merupakan lagu yang disenandungkan umat Islam ketika menyambut kehadiran Nabi Muhammad Saw. Lagu ini dinyanyikan untuk menyambut Rasulullah yang untuk pertam kalinya hijrah ke Kota Madinah.

Setelah itu, lagu nasyid mengalami perkembangan bersamaan dengan berkembangnya situasi dan keadaan pada masa itu. Misalnya seperti nasyid yang berkembang di kawasan Timur Tengah. Nasyid di sini umumnya bertemakan pesan jihad dan mengumandangkan perlawanan melawan imperialism Israel. Tema-tema ini wajar muncul di sana karena memang keadaan politik di Timur Tengah sedang goyah.

Orang yang bersenandung dalam aliran nasyid disebut munsyid yang artinya yaitu orang yang menyanyikan atau membacakan syair. Nasyid itu bukan berarti hanya sekadar lantunan lagu, tetapi juga mempunyai nilai spiritual sangat tinggi, baik dari sudut pandang syairnya ataupun munsyid-nya. Intinya, lirik dalam musik nasyid harus mengandung nilai rohani atau nilai islami yang sangat kental dan kuat.

Nasyid bisa dibawakan dalam beragam gaya atau style, seperti nasyid dengan style acapella dengan irama pop, nasyid yang dibawakan dengan iringan perkusi yang umumnya berisi puji-pujian, dan ada juga nasyid yang dinyanyikan dengan alat musik lengkap.

Di Indonesia, nasyid biasa dibawakan dengan style acapella atau hanya diiringi dengan alat musik berupa gendang. Saat ini, telah banyak bermunculan grup vokal nasyid Indonesia seperti Snada, Bijak, Sam Abdullah, Harmoni Voice, Suara Persaudaraan, Izatul Islam, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Lalu, bagaimana sejarah nasyid di Indonesia? Berikut pembahasannya.


Sejarah Lagu Nasyid di Indonesia

Musik nasyid mulai datang ke Indonesia pada 1980-an yang saat itu hanya dinyanyikan pada forum-forum tertentu oleh sejumlah aktivis muslim di kampus-kampus dan sekolah-sekolah. Nasyid adalah sebuah sarana bagi para aktivis muslim untuk meningkatkan semangat dalam kelompoknya. Nsayid ini berisi syair yang bertemakan perjuangan yang menggelora di jalan Allah Swt atau fisabilillah.

Saat memasuki masa 1990-an, musik nasyid mulai dikenal luas oleh masyarakat dengan syair-syairnya yang mengandung pesan, pujian kepada Allah, dan kisah-kisah para nabi. Perkembangan musik berlairan nasyid di Indonesia ini ternyata memunculkan banyak grup vokal, misalnya Snada, Senandung Nasyid, Qatrunada, dan lain-lain. Walaupun lirik-lirik lagunya bersifat religious, tetpai dinyanyikan dengan gaya musik pop sehingga menjadikan nasyid semakin populer.

Saat memasuki bulan Ramadhan pada 2005, music beraliran nasyid makin populer di Indonesia. Bahkan, sebuah stasiun televisi swasta di Jakarta mengadakan sebuah festival bernama Festival Nasyid Indonesia serta FestivaL Nasyid, Tausyah, dan Qiroah (NTQ), mirip seperti acara Indonesian Idol atau Akademi Fantasi yang saat itu sedang marak di kalangan masyarakat Indonesia. Namun sayang, peserta festival ini masih dipenuhi oleh pria dan tidak ada satu pun peserta dari kaum hawa.


Lagu Nasyid Itu Musik Islam?

Di dalam hukum Islam, sejumlah ulama memiliki perbedaan pendapat seputar hukum musik. Pihak yang melarang atau mengharamkan alat musik adalah ulama Muta’akhirin, sedangkan yang memperbolehkan atau menghalalkan alat musik adalah ulama Salaf dari golongan sahabat dan tabi’in.

Menurut kalangan mereka, tak ditemukan dalil dalam Al-quran and hadis yang dengan jelas mengharamkan alat musik. Disebabkan munculnya dua pendangan inilah, pada ulama telah sepakat untuk mengembalikan hukum bermusik pada hukum asalnya, yaitu mubah. 


Lagu Nasyid dan Perempuan

Kehadiran kaum hawa di kancah musik nasyid tidaklah menjamur seperti grup nasyid pria pada umumnya. Walaupun begitu, pada 1990-an, sekelompok wanita muslimah meramaikan musik nasyid dengan membentuk kelompok nasyid bernama Bestari. Asma Nadia, seorang penulis terkenal, adalah salah satu personel dari Bestari. Bestari pada waktu itu sudah berhasil mengeluarkan dua album, yaitu Bestari I dan Bestari II.

Kemunculan kelompok nasyid perempuan ini sempat menciptakan kontroversi di masyarakat. Protes pun bermunculan tidak hanya dari tokoh agama, tetapi juga dari para muslimah sendiri yang juga menolak kehadiran Bestari. Penolakan ini dilatarbelakangi karena ada yang menganggap suara wanita itu aurat. Sebagia umat Islam masih menganggap suara wanita itu haram hukumnya jika diperdengarkan di depan umum karena merupakan aurat.

Semoga musik bisa terus melebarkan sayap dan semakin diterima luas di masyarakat. Tapi, hal yang paling penting adalah para munsyid-nya mampu menjadi contoh dan teladan sehingga apa yang didakwahkan dalam musik tersebut dapat diikuti oleh para pecinta lagu nasyid.


Sejarah Lagu Nasyid

Lagu nasyid masuk ke Indonesia pada pertengahan 1980-an dan mulai berkembang di lingkungan kampus. Nasyid adalah salah satu seni musik bernuansa Islami. Sebenarnya, nasyid sudah ada sejak masa awal Islam, tetapi nama nasyid sendiri waktu itu belum dikenal.

Bersyair atau bermusik lahir jauh sebelum agama Islam dibawa oleh Rasulullah. Setiap suku bangsa di dunia ini memiliki berbagai macam jenis lagu, seperti nyanyian pengantar tidur, hymne, senandung, dan lain-lain. Seiring berkembangnya agama Islam, terciptalah satu jenis nyanyian yang menambah kekayaan khazanah Islamiyah. Rasulullah pada waktu itu tidak melarang syair-syair yang berembang di kalangan para sahabat.

Thala’al Badru ‘Alaina adalah nyanyian tertua dalam Islam. Nyanyian ini dinyanyikan oleh beberapa orang dengan iringan rebana untuk menyambut datangnya Rasulullah yang hijrah dari Makkah ke Madinah (1430 tahun yang lalu). Inilah permulaan berkembangnya syair dan lagu Islami.

Nyanyian Islami berkembang seiring meluasnya agama Islam. Pada zaman Dinasti Turki, berkembang satu irama bernama Zapin (gabungan antara irama Turki Arabia dan Spanyol). Zapin berkembang dari belahan dunia barat sampai ke belahan timur di negara-negara Asia Tenggara.

Di beberapa negara Asia Tenggara seperti Thailand, Singapura, Malaysia, dan Brunei, nama jenis irama musik ini tidak berubah. Sementara itu, di Filipina dan Maluku musik ini disebut dhana-dhana. Lagu dan syair berirama Zapin yang pernah terkenal di nusantara adalah sebagai berikut.
  • Lancang Kuning 
  • Laksamana Hang Tuah 
  • Laksamana Raja di Laut 
  • Bunga Melur
Ada juga jenis irama dan lagu Islami lainnya selain Zapin, seperti hadhrah,marawis, dan lain-lain. 


Nasyid di Indonesia

Saat ini, lagu nasyid yang dikenal di Asia Tenggara sebenarnya bukan jenis musik baru dalam Islam. Pada awal kemerdekaan, jenis lagu ini sudah dinyanyikan di beberapa daerah di Indonesia dengan nama yang berbeda-beda. Masyarakat Betawi menyebutnya denngan Orkes Gambus, di Sumatera Utara dikenal dengan Irama Padang Pasir, dan
di Jawa disebut Qasidahan.

Di Sumatera Utara pada 1960-an, Hj. Nur Aisyah Djamil membentuk grup qasidah bernama Nasyid. Nama grup qasidah ini berasal dari singkatan nama pemimpinnya, yaitu Nur Aisyah Djamil. Inilah awal mula dikenalnya nasyid di Indonesia. Alat musik yang dipakai dalam nasyid tidak ada yang bernada dan hanya terdiri dari gendang dan rebana. Sementara itu, ada juga yang berpendapat bahwa nasyid berasal dari kata nasyd, yang artinya hymne.

Pada 1980-an, Nasyidaria, sebuah grup qasidah populer di Jakarta, mulai menghiasi layar televisi. Grup qasidah ini memakai alat-alat nusik modern, seperti gitar, organ, dan lain-lain. Beberapa tahun kemudian, Jamaah Al-Arqam hadir dengan lagu-lagu nasyid diiringi alat musik tanpa nada, bahkan sebagian lagunya dinyanyikan tanpa alat musik. Di Asia tenggara, Al-Arqam sempat membahana. Lagu-lagu mereka yang cukup terkenal adalah Asmaul Husna, Sunnahnya Orang Berjuang, dan Di Pondok Kecil.

Lagu-lagu nasyid kembali membahana pada 2000-an. Hal yang paling menonjol dari lagu nasyid zaman ini adalah unsur syariat Islam. Selain itu, para penyanyinya didominasi kaum pria. Pada era sebelumnya, para penyanyi nasyid didominasi kaum wanita. Alat musik yang digunakan saat ini adalah alat musik tanpa nada. Bahkan, sekarang muncul teknik acapella yang digarap dengan baik.

semoga saja team nasyid sekarang ga merubah visi dan misi dari nasyid yaitu sebagai kesenian islam dan untuk berdakwah...
Comments
0 Comments

0 komentar: